Kasus DBD Naik 500 Persen
PROBOLINGGO – Angka kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo melonjak fantastis tahun ini, yaitu mencapai 500 persen. Sampai November, jumlah kasus DBD mencapai 415 kasus dengan 5 orang di antaranya meninggal dunia. Padahal sepanjang tahun 2018 lalu kasus DBD hanya ada 84 kasus dengan 4 kematian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan dr. Liliek Ekowati menyatakan, tingginya kasus DBD pada tahun 2019 ini dikarenakan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan. Terutama dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) aedes aegypti dan aedes albopictus yang merupakan nyamuk penular DBD.
“Masih minimnya kesadaran masyarakat akan pencegahan perkembangbiakkan nyamuk penular DBD, tak boleh diteruskan. Terlebih trendnya menunjukkan peningkatan jumlah kasus selama 2 tahun terakhir,” ungkapnya, Sabtu (30/11) lalu.
Sebagai langkah nyata, menurut dr. Liliek, sebelum musim hujan datang, pihaknya mengambil langkah strategis dengan membentuk dan melantik kader juru pemantau jentik (jumantik). Itu karena musim hujan merupakan puncak perkembang-biakan nyamuk pembawa penyakit DBD.
“Tugas pada kader jumantik adalah menyosialisasikan dan memastikan lingkungan di sekitar mereka steril dari potensi sarang nyamuk penular DBD,” sebutnya.
Dijelaskan bahwa para kader jumantik ini akan secara agresif menjalankan program PSN-3M Plus di lingkungan sekitarnya. Tugas mereka memastikan warga disekitarnya untuk menjalankan kegiatan menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur-ulang/memanfaatkan kembali barang-barang bekas. Sedangkan plusnya adalah menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain.
“Prioritas utama saat ini adalah upaya pencegahan melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat yaitu gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), penatalaksanaan penderita DBD dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, memperkuat surveilans epidemiologi dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) DBD serta memperkuat kapasitas SDM,” jelasnya.
Lebih lanjut dr. Liliek menyebut para kader jumantik tidak akan berperan maksimal apabila tidak dibarengi dengan peran keluaga sebagai jumatik di tingkat rumah. “Kesadaran anggota keluarga dalam tugas pemantauan, pemeriksaan dan pemberantasan jentik di rumah masing-masing adalah yang paling penting. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati,” terangnya. (tm/iwy)