Serunya NU Millenial Digital Camp PWNU Jatim
SURABAYA – Lebih dari 200 anak muda Nahdlatul Ulama (NU) mengikuti kegiatan NU Millenial Digital Camp di kantor Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur di Surabaya. Mereka berasal dari 44 PCNU yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim. Kegiatan tersebut baru kali ini digelar. Tak heran kalau peserta tak hanya menerima ilmu baru. Mereka juga punya banyak kenalan baru.
Pada Jumat (6/9) sekitar pukul 18.30 pekan lalu, Kholil dan Ali masih terjebak padatnya arus lalu lintas di Kota Surabaya. Jantung keduanya dag dig dug sedari sore. Sebab mereka seharusnya sudah tiba di kantor PWNU paling telat pada pukul 17.00 untuk registrasi peserta.
“Sehabis Jum’at saya masih ikut pengajian Kiai di pondok. Naik bis baru jam setengah 3 (14.30, red) setelah ngaji selesai. Ini juga padat arus lalu lintas di Surabaya,” terang santri Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kabupaten Probolinggo dengan nama lengkap A. Kholilullah Khutaimi ini.
Pada akhirnya, keduanya tiba di kantor PWNU. Rekan mereka sesama peserta sudah lebih dulu datang. “Kami akhirnya bergabung dengan yang lain. Eh, saya malah diminta panitia jadi Qari’ di acara pembukaan,” ungkap santri yang juga vokalis grup Hadrah Tamru Al-Hasanain Genggong ini.
Ali, rekan Kholil mengungkapkan, mereka berdua adalah delegasi dari PCNU Kota Kraksaan. Keduanya direkomendasi oleh Pengurus Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Cabang Kota Kraksaan untuk mengikuti kegiatan PWNU Jatim tersebut.
“Selama kegiatan, kami menerima sejumlah materi penting dari narasumber yang berkompeten. Tapi saya dan Kholil beda kelas. Saya di kelas jurnalistik, Kholil ikut kelas media sosial,” terang pemilik nama lengkap Moh. Ali Ya’lu Wala Yu’la Alaihi ini.
Ali Wafa, seorang peserta utusan PCNU Pamekasan mengaku senang dapat bergabung di kegiatan tersebut. Pasalnya, banyak ilmu baru yang ia dapat, meski ia sudah lama berkecimpung di dunia desain grafis.
“Saya biasanya mendesain berita yang tersedia dan saya padukan dengan gambar yang menurut saya bagus. Ternyata di pelatihan ini masih banyak yang baru saya ketahui. Misalnya seperti apa desain yang mengandung unsur Islami. Jadi, bukan sekadar bagus saja,” katanya.
Rofi’i Boewani, ketua panitia kegiatan mengatakan, para peserta berasal dari 44 Cabang NU se-Jatim. Ada pula perwakilan dari beberapa pondok pesantren di Jatim. “Awalnya kami mengira acara ini hanya akan diikuti oleh seratus peserta. Tapi ternyata banyak yang antusias. Buktinya kegiatan ini diikuti lebih dari 200 peserta,” katanya.
Ratusan peserta dibagi dalam 3 kelas. Yakni kelas jurnalistik, desain grafis, dan media sosial. Mereka menjalani pelatihan di ruang berbeda agar mendapatkan pemahaman yang maksimal sesuai bidang masing-masing.
“Pada hari terakhir, peserta dibagi lagi dalam kelompok-kelompok. Mereka turlap (turun lapangan, red) untuk praktik. Yang jurnalis, wawancara. Yang kelas desain grafis, membuat karikatur dan semacamnya. Yang kelas media sosial bertugas menyebar hasil liputan kelas jurnalistik dan produk desain grafis,” terangnya.
Rofi’i mengatakan, kegiatan digelar untuk mencetak kader-kader muda NU yang berperan aktif berdakwah tentang akidah NU. Lebih-lebih di media sosial untuk menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
“Dari masa ke masa metode dakwah bergerak secara dinamis dan harus mengikuti perkembangan zaman. Sekarang eranya digital. Maka kader muda NU sudah waktunya menyebarkan paham Ahlussunnah wal Jamaah di dunia media sosial,” terangnya.
Sekretaris PWNU Jatim Prof. Akh. Muzakki mengatakan, kegiatan perdana ini akan menjadi embrio kegiatan selanjutnya. Ia berharap peserta yang dilibatkan, adalah peserta yang diseleksi dari peserta pelatihan tahap 1.
“Nanti saya akan bicarakan dengan panitia agar pada tahap 2 nanti dipilih dari peserta saat ini yang tetap aktif ketika sudah pulang ke daerahnya masing-masing,” ungkapnya.
Prof Muzakki berharap peserta dapat menjadi benteng dalam menjaga paham Ahlussunah wal Jamaah dari rongrongan paham islam garis keras.
“Di media sosial, banyak yang menyerang paham kita. Pertahanan kita harus dibentengi. Caranya adalah dengan ikut meramaikan media sosial dengan konten yang santun dan dapat lebih diterima oleh masyarakat,” harapnya. (ay/eem)