Lain-lain

Trauma Pencurian Sapi, 7 Tahun Tinggal di Kandang


PROBOLINGGO – Di kawasan pegunungan di Kabupaten Probolinggo memang kerap terjadi pencurian hewan (curwan), terutama sapi. Saking maraknya curwan, sampai ada rasa trauma di masyarakat. Seperti yang dialami oleh Suwarni, warga Dusun Nangger, Desa Sentulan, Kecamatan Banyuanyar. Sejak sapinya hilang dicuri maling 7 tahun lalu, Suwarni sampai memutuskan memindahkan ranjangnya ke kandang dan tidur di situ.

Sekitar 6 ekor sapi berdiri berderet di sebuah kandang Dusun Nangger, Desa Sentulan, Kecamatan Banyuanyar pagi itu. Ada yang berwarna coklat ada juga berwarna hitam. Beberapa di antara mereka mengunyah rumput dari tangan seorang perempuan lanjut usia bernama  Suwarni.

Usai memberi pakan, Suwarni yang sudah berusia 60 tahun itu duduk menata nafasnya di sebuah ranjang. Ranjang itu lengkap dengan kasur, bantal dan selimut. Perempuan bertubuh kurus itu memfungsikan ranjang bukan hanya untuk tempat beristirahat sejenak di siang hari.

Suwarni duduk di sebuah ranjang yang biasa digunakan oleh suaminya tidur malam. Keduanya sengaja tidur di kandang sapi karena trauma pencurian hewan 7 tahun lalu. (Deni Ahmad Wijaya/Koran Pantura)

“Saya setiap malam tidur di sini, sama suami saya. Sekalian jaga biar sapi-sapi ini gak dicuri maling,” kata Suwarni kepada Koran Pantura.

Ia membantah jika pembuatan kamar berdampingan dengan kandang sapi itu karena  tidak memiliki kamar di rumahnya. “Ada di rumah, dan kosong. Tapi nggak saya tempati. Saya pilih tidur di sini (kandang sapi, red) saja. Saya nggak mau sapi saya dicuri lagi,” tutur wanita dengan 4 orang anak ini.

Lalu Suwarni mengisahkan bahwa 7 tahun lalu ia pernah menjadi korban pencurian hewan. Seekor sapinya dicuri maling. Ia menaksir kerugiannya kala itu mencapai Rp 7 juta. Tak ingin hal itu terulang, Suwarni nekat memindah ranjangnya ke kandang sapinya.

“Setelah kejadian itu, sampai sekarang sebenarnya sudah aman. Gak ada pencurian sapi lagi. Tapi saya itu kan khawatir, buat jaga-jaga saja. Daripada kebobolan lagi,” beber nenek 8 cucu tersebut.

Kini, Suwarni memiliki 6 ekor sapi yang dipelihara. Meskipun tidak semua miliknya. Dia memelihara dengan sistem gado, yakni bermitra dengan pemilik sapi. Suwarni yang memelihara, nanti jika beranak, maka akan dibagi sesuai dengan kesepakatan giliran.

“Kalau nggado-nya mulai kecil, anak pertama milik pemelihara. Tapi kalau memelihara sudah besar, anak pertama hak pemilik. Ini kan juga amanah. Kalau belum beranak sudah hilang, saya malah rugi tenaga ngarit tiap hari, juga bisa rugi uang,” ujarnya.

Suwati, salah satu anak dari Suwarni, sudah membujuk ibunya tidur di kamar di rumahnya yang terbilang layak huni. Namun Suwarni menolak dan bersikukuh dengan pendiriannya. “Saya kan nggak bisa buat apa-apa. Saya sudah bilangin, tetap maksa gitu,” ujar wanita 34 tahun ini.

Kendati demikian, dia berharap rasa trauma Suwarni bisa hilang dan ia tidak perlu khawatir berlebihan. Apalagi, Suwati menyadari dengan ibunya tidur di kandang sapi setiap malam, bisa rawan terjangkit penyakit.

“Walaupun selama ini ibu tidak pernah sakit. Mungkin karena sudah terbiasa. Tapi saya harap nanti ibu gak tidur di kandang lagi. Kamarnya kan sudah ada di rumah, tinggal menempati saja,” kata ibu dua anak ini. (awi/iwy)


Bagikan Artikel