Soal Tembakau Rusak, APTI Sebut Faktor Tanah dan Bibit
KREJENGAN – Sejumlah petani di Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo terpaksa harus mencabut batang tembakaunya yang rusak sejak beberapa waktu lalu. Bahkan, jumlahnya mencapai ribuan batang yang harus ditanam ulang. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) setempat pun angkat bicara.
Mudzakkir, Ketua APTI Kabupaten Probolinggo mengatakan, rusaknya tanaman tembakau petani di Desa Jatiurip tersebut disebabkan beberapa faktor. Mulai dari faktor tanah yang mengandung bakteri hingga kualitas bibit.
“Kalau di Jatiurip bagian selatan dusun Krajan itu rata-rata rusaknya karena faktor tanah. Karena tanahnya penuh dengan bakteri, sebab sebelumnya di daerah sana ditanami tanaman cabai dan tomat. Padahal 2 tanaman itu bisa mengundang banyak bakteri ke tanah,” jelas Mudzakkir, Selasa (25/6).
Mudzakkir menerangkan, untuk proses pemulihan tanah yang banyak mengandung hama dan bakteri itu, maka petani harus rela terlebih dahulu menanami sawahnya dengan padi sebelum menanam tembakau.
“Untuk menetralisir tanah yang sudah banyak bakterinya itu, setidaknya harus ditanami padi sampai 2 kali panen agar tanahnya bisa normal lagi, baru bisa ditanami tembakau,” terangnya.
Sedangkan untuk petani tembakau yang rusak di daerah Jatiurip utara, tepatnya di dusun Lamur, ia meyakini disebabkan faktor bibit yang memang kurang bagus ketika dibeli dari penyemai.
“Contohnya, ada kumbang yang hinggap di bunga yang sudah terkena bakteri, lalu kemudian kumbang tersebut pindah ke bunga tembakau yang bagus, itu bisa rusak juga,” katanya.
Ia berharap kepada petani yang sudah terlanjur tanaman tembakaunya rusak, agar bersabar dan jika akan melakukan penanaman kembali, ia sarankan untuk menggunakan bibit yang memang terawat dengan baik.
“Makanya bunga tembakau yang akan digunakan untuk bibit penyemaian saya sarankan untuk ditutupi menggunakan jaring, agar tidak dihinggapi kumbang dan terkontaminasi bakteri,” terangnya.
Selain melakukan sosialisasi, ia juga menyampaikan bahwa pihaknya siap menerima konsultasi dari para petani tembakau. “Mungkin karena selama ini warga tidak pernah melihat saya menyiram tembakau, makanya saya jarang ditanya. Tapi kalau ada warga yang mau bertanya, saya siap,” tegasnya. (ay/awi)