Mau Jualan di Alun-Alun, Mesti Bayar
PROBOLINGGO – Tidak sedikit pedagang dari dalam maupun luar Kota Probolinggo yang berjualan di Festival Pendalungan Pasar Rakyat dalam sepekan ini. Namun mereka harus membayar sejumlah uang agar bisa berjualan di lokasi kegiatan di alun-alun Kota Probolinggo itu.
Penarikan dana dibenarkan Muhammad Ikhsan (50), pedagang asal Jombang yang menempati tenda sisi timur panggung utama. Pria yang berjualan aneka kerajinan tangan dari kulit ini mengaku membayar Rp 1,5 juta ke Damar, pihak event organizer (EO) kegiatan tersebut.
Ia mengaku tidak keberatan karena bisa menempati tenda plus penerangan listrik. Menurutnya, tenda yang ditempati bukan miliknya, tetapi kepunyaan EO. Ikhsan beserta puluhan pedagang yang lain hanya menempati. Sementara tenda dan penerangan telah disiapkan oleh EO.
“Enggak masalah. Yang penting saya bisa jualan dan disuruh menempati tenda ini,” ujar Ikhsan.
Setelah 4 hari berjualan, Ia mengaku sudah mendapat keuntungan yang sepadan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Ia tinggal mencari laba bersih dari pejualan 3 hari berikutnya. Pedagang keliling antar kota ini optimis, target pendapatannya akan tercapai. “Masih ada sisa 3 hari. Kan acara ini diperpanjang 2 hari,” tambahnya.
Hal senada juga diungkap Nada Ruisma. Perempuan asal Madiun yang berjualan aksesoris ini juga membayar Rp1,5 juta, Ia berharap balik modal, karena jualannya sepi. Nada mengaku biaya tersebut tenda belum kembali. “Sepi. Mudah-mudahan 3 hari sampai penutupan, pengunjung dan jualan kami ramai,” harapnya.
Selain pedagang yang menempati tenda, pedagang kaki lima yang berjualan di area acara, juga membayar. Nominalnya bervariasi antara Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung luas area yang ditempati. Mereka tidak mendapat fasilitas tenda, tetapi hanya penerangan.
Hal itu diungkapkan seorang penjual bakmi asal Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan bernama Badri. Ia mengeluarkan biaya sebesar Rp 400 ribu. Uang dibayarkan ke Nono, salah seorang PKL asal Kota Probolinggo yang juga merupakan koordinator PKL luar daerah. Sedangkan pedagang yang menempati tenda di kanan kiri panggung utama, membayar ke pihak EO.
Di lokasi yang sama, Damar dari pihak EO membenarkan kalau seluruh pedagang dikenai biaya. Selain biaya tenda dan penerangan lampu, dana yang terkumpul dari peserta acara digunakan untuk membayar biaya panggung beserta sarana dan prasarana pendukungnya.
“Juga untuk musiknya. Meski acara ini diselenggarakan pemerintah, tapi dari pemerintah tidak ada dananya. Ya, biaya yang kami pakai untuk membiayai acara ini, dari pedagang dan penyedia permainan,” ungkapnya.
Hal itu juga dibenarkan Tutang Heru Aribowo, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kora Probolinggo. Ia berterus terang, acara Festival Pendalungan dan Pasar Rakyat dibiayai pihak ketiga. Disbudpar hanya membiayai kesenian yang mengisi acara tersebut. “Dari kami tidak ada dana. Kami hanya membiayai kesenian yang tampil di acara,” terangnya.(gus/eem)

Seorang warga Kota Probolinggo melintas di antara tenda-tenda yang ditempati para pedagang yang berjualan di alun-alun Kota Probolinggo, Sabtu (9/3).