Terus Soroti Perburuan Satwa Liar
KRAKSAAN – Keberadaan peburuan satwa liar di wilayah Kabupaten Probolinggo sempat marak. Namun setahun terakhir ditengarai mulai menurun. Berbeda dengan beberapa tahun silam. Masyarakat sangat gemar melakukan perburuan.
Hal tersebut disebabkan kurang pengetahuan warga tentang manfaat konservasi satwa yang mampu menjadi penyeimbang ekologi. Yang pada akhirnya juga bermanfaat bagi masyarakat. Selama ini beberapa lapisan masyrakat hanya memandang nilai komersil atau konsumsi dari sebuah perburuan.
Tak ayal itu membuat ekologi satwa terusik dan tak memenuhi unsur animal welfare. Maka memang dibutuhkan peran aktivis terutama kalangan pemuda yang cinta lingkungan untuk menekan aksi perburuan liar tersebut.
Kepala BKSDA VI Probolinggo Mamat Ruhimat menyampaikan, aktifitas para pelaku perburuan satwa liar di Kabupaten Probolinggo sejauh ini belum terpantau marak. Bahkan pihaknya, belum pernah menemukan pemburuan massal di wilayah kerjanya. “Saya kira di Probolinggo ini aman dari pemburuan liar satwa itu. Entah kalau di area Perhutani ya,” katanya, Senin (11/2).
Dia sempat memantau aktifitas warga yang gemar memburu burung-burung yang biasa bertengger di pepohonan. “Kalau hanya pemburuan burung di pohon, itu ya ada pastinya. Hanya pemburuan massal satwa dilindungi belum kami temukan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala RPH Matikan Paiton Kusmani menyebutkan, intensitas pemburuan satwa liar di arealnya cukup tinggi. Bahkan maraknya para pemburu yang terpantau olehnya sering menggunakan jaring untuk menjerat target satwa. Ada juga yang menggunakan senapan. “Tapi itu sudah mulai menurun sejak ada aksi pemuda cinta lingkungan untuk rela menjaga ekologi alam,” papar Kusmani saat dikonfirmasi via telepon.
Terpisah, Supporter Profauna Indonesia Probolinggo Djoko Prasetio menyampaikan, aktifitas pemburuan satwa liar cukup marak terjadi. Semakin canggihnya teknologi ini, membuat aksi para pemburu semakin gencar dengan menggunakan alat pemburuan yang lebih modern juga. Bahkan tren pemburuan akhir-akhir ini, tidak hanya dilakukan oleh kalangan orang dewasa saja. Anak-anak muda pun ikut berbaur tanpa mengetahui larangan pemburuan itu sendiri.
“Maraknya aksi pemburuan itu bisa dijumpai dengan jumlah perjumpaan kami saat melakukan patroli hutan rutin di beberapa spot. Saat berjumpa dengan para pemburu, kami lakukan pendekatan persuasif untuk mengedukasi mereka,” ucap anggota Komunitas 5:am Wildlife Photography itu.
Aktivis lingkungan itu menambahkan, aksi pemburuan yang terjadi itu tidak hanya mengusik kenyamanan para satwa saja. Melainkan, juga akan mengurangi ekosistem satwa itu sendiri di wilayah Probolinggo, sehingga satwa langka akan semakin sulit ditemui.
Aktifitas pemburuan yang dilakukan oleh warga itu, disebabkan kurangnya. Apalagi kini, banyak pihak tak bertanggungjawab yang berani membandrol harga tinggi hanya untuk seekor satwa dilindungi. “Ini akhirnya akan menjadi pemicu munculnya pemburuan satwa, dan maraknya aktifitas jual beli satwa liar,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kata Joko, pihaknya semakin gencar melakukan patroli dan pemasangan papan imabauan di setiap spot yang ditengarai sering dijadikan tempat berburu satwa. “Kami pasang papan imabauan untuk memberikan pemahaman pada warga supaya tidak lagi memburu dan mengusik satwa,” tandasnya. (yek/ra)