Paralon Disulap jadi Lampu Hias Kaligrafi, Tembus Pasar Luar Jawa
PROBOLINGGO – Di tangan Erwin Andi Prastika (28), warga Kota Probolinggo, paralon bekas bisa menjadi barang bernilai seni tinggi. Paralon yang enggak dipakai tersebut disulap menjadi lampu hias kaligrafi yang menakjubkan.
Usaha lampu hias paralon yang berlokasi di Jalan Serma Abdurrahmann Gang IX RT 3 RW 4, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo ini dijalankan dua pemuda lajang. Mereka adalah Erwin Andi Pastika dan Yozaq Pamungkas yang usianya sama sama 18 tahun.
Dua anak muda itu berhasil menyulap paralon bekas menjadi lampu hias berbagai model dan gambar. Barang cantik hasil produksinya itu dipasarkan via media sosial dan gethok tular. Pangsa pasarnya tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi sudah merambah ke luar Jawa.
Ditemui di tempat kerjanya pada Senin (26/4) siang, Erwin dan Yozaq tengah menggarap pesanan menara Eiffel dari pelanggannya. Selain menggarap lampu hias bermotif kaligrafi dan sketsa, keduanya juga membikin miniatur masjid dan menara miring Pisa, Italia.
Mengenai model, selain didesain sendiri, bisa juga berasal dari pemesan. Soal harga, menurut Erwin, tergantung tingkat kesulitan dan kerumitan pekerjaan. “Harga bervariasi. Tergantung model, tingkat kesulitan dan kerumitan, serta biaya pengiriman. Kalau motifnya Ayat Kursi dan surat pendek Rp 200 sampai Rp 400 ribu,” ujarnya.
Pembelinya sekarang tidak hanya dari pulau Jawa, tetapi juga dari Palangkaraya, Medan dan Kalimantan Barat serta daerah lain. Menjelang Ramadan, usaha yang dirintis mulai 2017 ini banyak pesanan kaligrafi. Seperti Masjid Tiban Turen, Kabupaten Malang, yang memesan lampu hias bermotif Ayat Kursi dan surat pendek.
Ditanya suka-duka, Erwin mengaku pernah dikomplain soal kaligrafi. Salah seorang pembeli mengembalikan pesanannya karena kaligrafi pesanannya kurang satu harokat. Dari kejadian itu, Erwin kemudian berkonsultasi kepada saudaranya yang tahu tentang Alquran. “Sebelum digarap, kami konsultasi dulu ke saudara. Takut dosa dan dikomplain kalau keliru atau kurang satu harokat,” ucapnya.
Selain lampu hias, Erwin juga membikin aneka hiasan dinding, seperti lafadz Allah dan Nabi Muhammad, termasuk kap atau hiasan lampu yang ditaruh di langit-langit rumah.
Awalnya, ia memproduksi lampu hias bermotif sketsa, kapal, perahu dan berbagai binatang, seperti harimau. “Lampunya bisa satu warna dan warna-warni,” katanya.
Usaha yang dibangun dari nol tersebut terinspirasi dari media sosial. Kala itu, ia melihat kerajinan serupa di instagram. Lalu kebetulan di rumahnya banyak potongan pipa paralon sisa. “Saya dulu kan ikut bapak ngebor sumur. Banyak sisa paralon. Daripada dibuang, mending dibikin kap lampu hias kayak ini,” tambahnya.
Bermodalkan uang Rp 85 ribu untuk membeli bor listrik berukuran kecil, Erwin kemudian membuka usaha kerajinan kap lampu berbahan baku paralon bekas. Itu dimulai tahun 2017. Usaha yang dirintis bersama Yozaq yang warga Desa Tongas Kulon, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo tersebut, kini kian maju dan bertambah besar.
Seiring berjalannya waktu, ketersediaan paralon bekas di rumahnya, sudah habis. Erwin kini menggunakan paralon baru yang dibelinya di toko bangunan. Alasannya, ia kesulitan mencari paralon bekas, karena di Kota Probolinggo tidak ada. Kalaupun ada yang menjual, namun jumlahnya terbatas dan terkadang tidak sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Pria lajang itu berpesan, generasi muda yang belum memiliki kesempatan bekerja di perusahaan, sebaiknya membuka usaha sendiri. Soal modal, kata Erwin, tidak harus menjadi beban dan hambatan untuk memulai usaha.
“Yang penting ada modal niat, pasti jalan. Seperti saya ini. Sampeyan lihat sendiri tempat usaha kami. Di teras, jadi. Jangan nunggu punya tempat, kelamaan,” kata Erwin. (gus/iwy)