Sosbudpar

Ponpes Saqo, Ponpes Tangguh Covid-19


KRAKSAAN – Penguatan adaptasi kebiasaan baru terus digemakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo, termasuk di lingkungan pondok pesantren. Pemkab Probolinggo pun menunjuk 4 pesantren sebagai pilot project Ponpes Tangguh Covid-19. Salah satunya, Ponpes Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani (Saqo) Kraksaan.

Ketiga Ponpes lainnya adalah Ponpes Nurul Jadid di Kecamatan Paiton, Ponpes Zainul Hasan Genggong di Kecamatan Pajarakan, dan Ponpes Hati Toroyan di Kecamatan Kraksaan. Pencanangan dan penguatan Adaptasi Kebiasaan Baru di lingkungan Pondok Tangguh Covid-19, telah dilaksanakan di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo pada Selasa, (14/7).

“Pondok Pesantren Tangguh Covid-19 merupakan wujud ikhtiar bersama, guna mewujudkan masyarakat Kabupaten Probolinggo yang tangguh dalam menghadapi pandemi virus corona. Dalam hal ini termasuk para santri dan seluruh pengurus pada lingkungan pondok pesantren,” kata Bupati Probolinggo  Hj. Puput Tantriana Sari.

Penguatan Adaptasi Kebiasaan Baru di lingkungan Pondok Tangguh Covid-19 yang dilaksanakan di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo pada Selasa, (14/7) lalu. (Abdul Jalil/Koran Pantura)

“Menurut pengamatan kami, keempat pondok pesantren ini disiplin dalam penerapan SOP. Bahkan perencanaan dan regulasi kepulangan santri ke pesantren, juga telah benar-benar dipikirkan secara matang sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah,” lanjutnya.

Ia berharap, empat ponpes tersebut menjadi contoh dan inspirasi bagi pesantren yang lain, dalam mewujudkan pesantren yang tangguh. Terutama agar santri di dalam pondok pesantren aman dan steril dari resiko penularan virus corona. “Salah satunya dengan membatasi akses keluar masuk wali santri,  pedagang, maupun para petugas. Kedua adalah menerapkan fungsi karantina bagi yang sedang sakit,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Biro Pesantren pada Ponpes Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, Abu Sofyan Basya, menyampaikan bahwa sejauh ini pihaknya sudah menerapkan protokol kesehatan pada kurang lebih 600 santrinya. Saat para santri pulang ke rumah masing-masing, hingga mereka kembali ke pesantren.

Pihaknya benar-benar memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani para santri. Bahkan hingga detik ini, para santri tidak diperkenankan untuk keluar pesantren. Guna untuk mencegah penularan wabah tersebut ke kalangan santri. “Kami larang santri keluar pondok. Begitu pula orang luar untuk masuk,” katanya.

Para wali santri, lanjutnya, yang hendak berkunjung pun dibatasi. Mereka pun wajib mengikuti aturan pesantren. Misalnya, menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak aman.

Begitu pula untuk menjaga imun tubuh para santri, pihaknya mewajibkan para santri untuk berolahraga setiap pagi. Sinar ultraviolet di pagi hari sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh santri. “Kami berupaya agar bisa tenang saat belajar di dalam pesantren,” ungkapnya. (yek/iwy)


Bagikan Artikel