Desa Sumberanom, Tempat Suci yang Langganan Longsor
SUMBER – Curahkendil di Desa Sumberanom, Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo menjadi tempat yang dipilih menjadi pusat upacara Tawur Agung sebelum hari raya Nyepi setiap tahunnya. Jadi, dusun itu terbilang sebagai tempat suci. Namun sayang, tempat suci tersebut sampai kini masih jadi kawasan langganan longsor di musim hujan.
Ada beberapa desa di Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo yang masuk daerah rawan bencana tanah longsor. Salah satunya adalah Desa Sumberanom. Dan di desa tersebut, ada satu dusun yang paling sering jadi langganan longsor, yaitu Curahkendil.
Padahal, Curahkendil memiliki posisi strategis bagi masyarakat dalam ritus keagamaan Hindu di Kecamatan Sumber. Di kala musim kemarau atau bersamaan dengan hari keagamaan, di Curahkendil biasa dijadikan titik kumpul melakukan ritual upacara. Seperti halnya saat hari raya Nyepi.
Di tempat ini pula dilakukan pembakaran ogoh ogoh yang sebelumnya diarak keliling desa di masing masing desa sekitar Desa Sumberanom. Lalu di Curahkendil pula dipilih sumber mata air mengalir yang dipercaya memberikan keberkahan kepada umat manusia. “Kalau sebelum hari raya Nyepi, Curahkendil memang biasa dipakai untuk titik kumpul,” kata Kades Sumberanom Priyanto pada Koran Pantura kemarin (1/5).
Pekan lalu, di kawasan tersebut mengalami hujan dengan intensitas tinggi dan lama. Bahkan sampai 9 jam turun hujan, hingga mengakibatkan di dekat tempat upacara untuk umat Hindu tengger ambles.

Demi menghindari hal-hal tak diinginkan, warga setempat memasang rambu darurat dengan alat seadanya. “Nah disana sudah harus dibangun TPT (Tembok Penahan Tebing). Kalau dibiarkan, akan tergerus air dan pasti akan memutus jalan kita,” jelasnya.
Jalan itu menjadi penyalur hasil tani dari Desa Wonokerso dan Desa Sumberanom. Bahkan dua desa ini menjadi desa penghasil kentang terbesar di Kecamatan Sumber. Belum lagi aneka sayur mayur yang biasa dijual ke luar daerah. “Sudah kami sampaikan kepada BPBD. Mudah-mudahan segera ada jawaban,” ujarnya.
Di sisi lain, di musim hujan warga hampir setiap minggu sibuk dengan kerja bakti membersihkan material longsoran di kawasan Curahkendil. “Yang datang sampai ratusan orang. Kami sendiri hanya bisa bantu snak dan air minum,” kata Kades Priyanto.
Untuk membersihkan material itu, tidak hanya warga yang terlibat, tapi tim dari desa tangguh bencana dan Kobar Bromo Semeru, serta para relawan lain ikut andil. ”Akan tetapi, untuk semangatnya sudah berkurang, karena saking seringnya kerja bakti. Dari awalnya 80 persen, sekarang turun 60 persen,” kata Kades.
Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan yakni harus ada pembangunan TPT demi mencegah longsor terus menerus di kawasan tersebut. “Yang pasti kami terus memberikan semangat pada warga, agar budaya gotong royong dan semangat kerjabakti ini ditingkatkan,” tutur Kades Priyanto. (iwy)