Sosbudpar

Hujan Abu Bromo Meluas, Bagikan Ribuan Masker ke Sekolah


SUMBER – Abu vulkanik yang disemburkan Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo kemarin (20/3) sudah sampai di Kecamatan Sumber. Walau tergolong tipis, hujan abu vulkanik di Sumber direaksi cepat. Pemerintah sejumlah desa di Sumber membagikan ribuan masker, terutama untuk  para pelajar.

Berdasar informasi yang dihimpun Koran Pantura, semburan abu vulkanik Gunung Bromo menghujani sedikitnya empat desa di Sumber, yaitu Wonokerso, Sumberanom, Ledokombo dan Pandansari. Hujan abu vulkanik di Sumber terjadi sejak Selasa (19/3).

Kondisi ini kemudian cepat ditangani pemerintah desa setempat bersama pemerintah Kecamatan Sumber. Mereka kemarin bahu-membahu membagikan masker kepada warga. Ini sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit akibat menghirup abu vulkanik.

Kades Ledokombo Ngatari mengatakan, pembagian masker dilakukan ke sekolah di desanya. “SD dan SMP sudah kami sudah droping masker, sehingga saat hujan abu mereka tidak terganggu aktivitas belajarnya,” jelas Ngatari.

Sedangkan perangkat Desa Wonokerso Sudir Supriyadi mengatakan, guyuran hujan abu vulkanik terjadi sejak pagi. Hingga siang, guyuran masih berlangsung dalam cuaca gerimis.

Berdasar informasi yang dihimpun Koran Pantura, hujan abu di Desa Wonokerso sudah terjadi sebelumnya, yaitu Minggu (17/3) lalu. Bedanya, saat itu hujan abu vulkanik masih lebih tipis.

Sementara, guyuran hujan abu vulkanik di Kecamatan Sumbmer direspons cepat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo. Bahkan  kemarin BPBD membagikan 12 ribu masker untuk warga di Kecamatan Sumber.

Masker itu siang kemarin diberikan secara simbolis Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD  Sugeng Suprisayoga kepada Ketua Kobar Bromo Semeru Sudir Supriyadi di kantor BPBD. Masker ini kemudian akan dibagikan untuk warga dan sejumlah sekolah. Masker ini untuk menunjang aktivitas belajar anak-anak saat di sekolah maupun saat berada di rumahnya.

“Kami sudah siapkan masker untuk kebutuhan masyarakat sebagai langkah antisipasi mengurangi dampak abu vulkanik Gunung Bromo di beberapa desa terdampak,” kata  Kepala BPBD  Anggit Hermanuadi, kemarin. 

Lalu menurut Sudir, hujan abu di kawasan kecamatan Sumber memang dinilai mengganggu. Meski demikian, warga tetap beraktifitas seperti biasa. Tidak lantas mendekam di dalam ruangan. “Paling-paling pakai masker, sarung atau kain seadanya sebagai penutup hidung. Setelah itu, pergi ke ladang seperti biasa,” katanya.

Sedangkan untuk tanaman, tambah Sudir, dampaknya tergantung pada jenis abu vulkanik dan durasinya. Bila warna abu kekuning-kuningan, bisa merusak tanaman warga. “Kalau ireng (hitam, red), sik iso bertahan (masih bisa bertahan, red),” ujar Sudir yang mendapat pengetahuan ini berdasar pengalaman erupsi Gunung Bromo sebelumnya.

Sementara, berdasar laporan PVMBG hingga pukul 06.00 kemarin asap kawah Gunung Bromo keluar dengan tekanan lemah, sedang, hingga kuat. Teramati berwarna putih, kelabu, dan coklat dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal dan tinggi 50-1000 meter dari puncak kawah.

Pos Pengamatan Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, yang sebelumnya diguyur hujan abu, hari ini tidak. Bau belerang dari abu vulkanik Gunung Bromo tercium dengan intensitas ringan hingga sedang. (rul/iwy)

Pemdes Ledokombo membagikan masker kepada siswa SD dan SMP setempat setelah kawasan tersebut terdampak hujan abu vulkanik dari Gunung Bromo. (Choirul Umam Masduqi/Koran Pantura)


Bagikan Artikel