Meski Mengalami Hidrocephalus, Hafal Alquran Juz 30
LUMBANG – Meski memiliki fisik yang kurang sempurna, anak hidrocephalus asal Desa Tandonsentul Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo malah bisa menghafal Alquran. Belajarnya berasal dari handphone milik orang tuanya.
Selalu ada kelebihan dibalik sebuah keterbatasan. Itu yang dibuktikan seorang anak penderita hidrocephalus di Desa Tandonsentul, Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo.
Rumahnya memang tidak terlalu jauh dengan kantor kecamatan Lumbang. Hanya sekitar 15 menit, bisa langsung ke rumahnya. Di rumah sederhana itu, ternyata ada bocah yang istimewa, yaitu Naqila Aufa Inasa (7).
Kurang dari waktu tiga bulan Naqila Aufa Inasa yang merupakan penderita hidrocephalus mampu menghafal Alquran Juz ke-30. Hebatnya, hafalan Alquran itu hanya dipelajari dengan mendengarkan murottal dari sebuah gawai.
Putri semata wayang pasutri Tinasan (33) dan Sri Watini (34) tersebut mengisi waktu pagi dan sore hari dengan selalu mengikuti bacaan Alquran.
Selain bacaan Alquran, setiap nama surah pada juz ke-30 mampu dihafal Naqila dengan baik. Dengan kondisinya yang memiliki keterbatasan itu, Naqila termasuk anak yang berbakat.
“Menghafalnya dari HP, saya downloadkan murottal Alquran itu. Biasanya (menghafal) pagi sama sore, kalau siang gitu dia sambil main HP. Saya pikir kalau sekolah formal kan sudah gak bisa, karena anaknya hafalannya bagus jadi mending menghafalkan Alquran biar jadi pedoman hidupnya nanti,” ungkap Sri Watini, ibu dari Naqila Aufa Inasa, Selasa (21/09).
Keistimewaan ini memang terasa banget sempurna di dalam keluarganya. Apalagi dengan keterbatasan seperti itu, Naqila bisa sempurna mengaji juz 30.
Ke depan, orang tua Naqila berkeinginan untuk mengobatinya, namun masih terkendala dengan keterbasan biaya. Bukan tidak pernah mendapatkan bantuan, Sriwatini mengatakan sudah mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo. Sayangnya, jaminan sosial kesehatan menjadi kendala keluarga tersebut, sebab keanggotaan BPJS Kesehatan Naqila terblokir lantaran orang tuanya tak sanggup membayar beban biaya premi bulanan.
Meski telah berupaya meminta perubahan status keanggotaan BPJS mandiri ke BPJS yang ditanggung pemerintah, namun upaya itu selalu gagal. Alasannya, tidak dapat dialihkan. Karena kondisi tersebut Naqila saat ini jarang melakukan terapi ke rumah sakit.
“BPJS sudah gak bisa digunakan lagi soalnya terblokir karena saya sudah gak kuat bayar. Terapinya bayar kalau ada BPJS nya gitu gratis. Operasi pertama itu dari K3S (Dinsos), operasi kedua, ketiga, keempat dari BPJS mandiri itu,” terang Tinasan, ayah Naqila.
Pilihan memberikan perangkat gawai untuk mendengarkan bacaan Alquran bagi Naqila disarankan oleh pengasuh Ponpes Al-Haqiqy, Kiai Wildan Mahbubul Haq di mana Tinasan selalu mengabdikan dirinya untuk pesantren tersebut.
Upaya tersebut untuk memberikan Naqila pendidikan agama dengan bacaan Alquran hingga kemampuannya itu akan berguna untuk Naqila di kemudian hari.
“Anaknya Sri Watini ini berkebutuhan khusus, saya perhatikan hafalannya kok liar biasa apa yang didengar apa yang diobservasi selalu bisa dia ekspresikan lalu saya sarankan untuk digunakan kepada sesuatu yang positif,” jelasnya.
Keluarga Naqila berharap pemerintah Kabupaten Probolinggo memberikan akses layanan BPJS gratis yang ditanggung pemerintah, sehingga Naqila dapat terus melakukan terapi pengobatan untuk kesembuhannya.
Selain itu biaya transportasi menuju rumah sakit terapi syaraf juga diharapkan ada relawan dan donatur yang dapat membantunya. (rul/iwy)