Politik & Pemerintahan

Call Center Banyak Di-Prank, Petugas Wanita Sering Terima Panggilan Iseng


PROBOLINGGO – Layanan panggilan darurat atau call center yang disediakan Pemkot Probolinggo ternyata banyak disalahgunakan. Tercatat ada sampai 22.594 panggilan prank (iseng) yang masuk ke Nomor Tunggal Panggilan Darurat (NTPD) 112 milik Pemkot Probolinggo. Dari total 27.927 call, hanya 126 yang laporannya benar setelah dicroscek lapangan.

Banyaknya prank yang masuk di nomor 112 dibenarkan Kepala Diskominfo Aman Suryaman, Selasa (4/3) sore di kantornya. Menurutnya, salah satu penyebabnya ialah ketidaktahuan anak-anak tentang nomor darurat tersebut. Mereka mengira nomor itu tempat mengisi pulsa, sehingga kebanyakan yang memanggil 112 bertujuan mengisi pulsa.

Penyebab berikutnya, banyak lelaki call 112 hanya iseng belaka. Mereka hanya mau berkenalan dan mengajak bincang-bincang petugas, terutama di siang hari. Karena saat itu menurutya Aman Suryaman, petugas call-nya perempuan. “Tapi tetap kami layani. Kami minta ke petugas untuk melayani sesuai SOP,” ujarnya. Dikhawatirkan, mereka yang iseng membawa  informasi atau laporan penting yang tidak prank.

Memang diakui, melayani warga yang hanya iseng seperti itu menyusahkan petugas. Meski demikian,  Aman tetap menginstruksikan menjawab semua pertanyaan dari warga.

Ia menyadari, sesuatu yang baru di daerah manapun banyak yang ingin mengetahui dan mencobanya, termasuk call center 112. Namun, keisengan dan coba-coba dari bulan kebulan menurun, sehingga angka atau jumlah prank ikut menurun pula. “Desember kemarin jumlah prank hanya 267. Bulan sebelumnya 3.600 prank. Bahkan November kemarin hanya 36 prank,” tandasnya.

Jumlah prank sebanyak 22.594 tersebut tambah Aman terjadi dari Maret hingga Desember. Guna menekan angka prakk, pihaknya akan memblokir nomor hand phone yang call atau memanggil sebanyak 5 kali. “Kalau ada nomor sama menelpon 5 kali dan itu prank semua, ya kami blokir. Kan ketahuan nomornya,” katanya.

Dijelaskan, seluruh informasi yang masuk di command call akan disampaikan ke OPD atau instansi samping seperti polisi dan TNI. Sebab, petugas tidak mengetahui apakah informasi yang masuk prank atau tidak. Terkadang informasi yang benar, tetapi setelah dikroscek ke lokasi, peristiwanya tidak ada.

“Misalnya informasi ada kebakaran. Saat petugas sampai di lokasi, kebakarannya tidak ada. Memang ada kebakaran, tetapi sudah diatasi warga dan sudah padam. Karena kebakarannya kecil. Informasi itu tidak prank, tetapi di lokasi sudah tidak ada,” tambahnya.

Saat ditanya apakah lokasi orang yang menelepon juga diketahui? Aman menjawab belum. Sebab, kebanyakan yang menelepon pakai handphone jadul. Pihaknya juga akan melengkapi command call yang dikelolanya dengan deteksi lokasi dan posisi. “Walaupun dilengkapi deteksi lokasi, tapi kalau Hp-nya jadul, ya tetap tidak diketahui posisi penelpon. Kalau Hp android, bisa dilacak posisinya,” jelas Aman. (gus/iwy)


Bagikan Artikel