Minat Baca Warga Kota Probolinggo Rendah
PROBOLINGGO – Minat baca masyarakat Kota Probolinggo masih rendah. Berdasarkan survei Bappeda – Litbang pada 2017 lalu, indek baca masih hanya 0,22 persen dari jumlah penduduk. Artinya, dengan asumsi jumlah penduduk Kota Probolinggo 250 ribu jiwa, maka warga yang gemar membaca hanya 113 orang.
Pemkot Probolinggo melalui Dinas Perpustakaan dan Arsip harus bekerja ekstra keras untuk menaikkkan persentase minat baca. Jika tidak, gedung perpustakaan baru di Jl Agus Salim atau utara Lapas Probolinggo yang diresmikan Walikota Hadi Zainal Abidin, kemarin (17/12), bakal tetap sepi pengunjung.
Menurut Kabid Pembinaan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Hanifah, indeks minat baca tersebut merupakan hasil survei Bappeda tahun 2017. “Hasilnya seperti itu. Bukan kami yang menyurvei, tetapi Bappeda,” ujar Hanifah saat ditemui di kantornya di Taman Baca (Manca) di Jl Slamet Riyadi, depan lembaga pendidikan Setia Bayuangga.
Demi menaikkan minat baca, kata Hanifah, pihaknya telah melakukan pembinaan dan pendekatan terhadap organisasi atau lembaga. Di antaranya, kelompok-kelompok belajar, Komunlis (Komunitas Penulis), kampung dongeng, dan kelompok musik. “Kami juga bekerjasama dengan PWI untuk menggelar lomba penulisan,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga menyasar sekolah-sekolah, Posyandu, dan kelurahan yang memiliki perpustakaan. Rencananya, pihak perpustakan juga akan menggandung dan membina komunitas di luar itu. Seperti kelompok pecinta motor dan lain. “Itu rencana ke depan,” ujarnya.
Hanifah optimis, dengan upaya yang dilakukan awal tahun 2019 tersebut, indeks minat baca akan naik, dan perpustakaan baru di timur alun-alun akan ramai pengunjung. “Ya, kami optimis. Kami akan terus melakukan pembinaan agar minat baca terus naik,” katanya.
Sedangkan Kabid Perpustakaan Retno Widisari juga mengaku optimis minat baca akan naik. Sebab, tempatnya lebih reperesentatif dibanding perpustakaan yang ditempati saat ini. Menurutnya, selama perpustakaan di Jl Agus Salim direhab gedungnya, fungsi perpustakaan pusat dipindah ke Manca selama 1,5 tahun.
Selama berkantor di Manca, pengunjungan perpustakaan terjun bebas. Diperkirakan, penurunannya lebih dari 50 persen. Penyebabnya, lokasi Manca tidak strategis. Ruangannya juga tidak representatif bagi pengunjung. “Sampeyan lihat sendiri. Ya seperti ini kondisinya. Ruangannya sempit dan ngumpul dengan ruangan pegawai,” ujarnya.
Lantaran ruang yang sempit, dari 52.368 buku koleksi perpustakaan, tidak semuanya dipajang. Tidak sampai separonya yang dipajang. Sisanya ditumpuk di gudang. ”Kunjungannya jauh kalau dibanding saat berkantor di timur alun-alun. Di sini sepi banget,” kata Retno.
Ia berharap di perpustakaan baru nanti pemkot menambah jumlah buku. Sebab, ruangannya menjadi lebih luas. “Kalau bukunya tetap itu-itu saja, warga dan anggota jadi malas ke perpustakaan,” ujar Retno. (gus/iwy)